Rabu, 24 Februari 2016

PROSES PEMBUNYIAN


     Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu :
a.       Komponen subglotal
b.      Komponen laring, dan
c.       Komponen supraglotal
     Komponen subglotal terdiri dari paru-paru (kiri dan kanan), saluran bronkial, dan saluran pernafasan (trakea). Di samping ketiga alat ucap ini masih ada yang lain, yaitu otot-otot, paru-paru, dan rongga dada. Secara fisiologis komponen ini digunakan untuk proses pernafasan. Karena itu, komponen ini disebut juga sistem pernafasan.
Lalu dalam hubungannya dengan fonetik disebut sistem pernafasan subglotis. Fungsi utama komponen subglotal ini adalah “memberi” arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa.
     Komponen laring (tenggorok) merupakan kotak yang terbentuk dari tulang rawan yang berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat pita suara. Laring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru-paru, mulut, dan hidung. Pita suara dengan kelenturannya bisa membuka dan menutup, sehingga bisa memisahkan dan sekaligus bisa menghubungkan antara udara yang ada di paru-paru dan yang ada di mulut atau rongga hidung.
     Komponen supraglotal adalah alat-alat ucap yang berada di dalam rongga mulut dan rongga hidung baik yang menjadi artikulator aktif maupun yang menjadi artikulator pasif.
     Terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi bahasa pada umumnya dimulai dari proses pemompaan udara ke luar dari paru-paru melalui pangkal tenggorokan (laring) ke tenggorokan yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara itu bisa ke luar, pita suara tu harus berada dalam keadaan terbuka. Setelah melalui pita suara, yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa ke luar, entah melalui rongga mulut atau rongga hidung, arus udara tadi diteruskan ke luar ke udara bebas.
     Ada empat macam posisi glotis pada pita suara yaitu pita suara dengan (a) glotis terbuka lebar, (b) glotis terbuka agak lebar, (c) glotis terbuka sedikit, dan (d) glotis tertutup rapat. Kalau glotis terbuka lebar, maka tidak terjadi bunyi bahasa. Posisi ini adalah posisi dalam bernafas secara normal. Kalau posisi glotis terbuka agak lebar, maka akan terjadilah bunyi bahasa yang disebut bunyi tak bersuara. Kalau posisi glotis terbuka sedikit maka akan terjadi bunyi bahasa yang disebut bunyi bersuara. Kalau posisi glotis tertutup rapat maka akan terjadi bunyi hambat glotal [?] atau lazim disebut bunyi hamzah.
     Secara umum titik artikulasi (pertemuan antara artikulator aktif dan artikulator pasif) yang mungkin terjadi dalam bahasa Indonesia ialah :
a)       Artikulasi bilabial (bibir bawah dan bibir atas)
b)      Artikulasi labiodental (bibir bawah dan gigi atas)
c)       Artikulasi interdental (gigi bawah, gigi atas, dan ujung lidah)
d)      Artikulasi apikodental (ujung lidah dan gigi atas)
e)       Artikulasi apikoalveolar (ujung lidah dan ceruk gigi atas)
f)        Artikulasi laminodental (daun lidah dan gigi atas)
g)       Artikulasi laminopalatal (daun lidah dan langit-langit keras)
h)       Artikulasi lamino alveolar (daun lidah dan ceruk gigi atas)
i)         Artikulasi dorsopalatal (pangkal lidah dan langit-langit keras)
j)        Artikulasi dorsovelar (pangkal lidah dan langit-langit lunak)
k)      Artikulasi dorsouvular (pangkal lidah dan anak tekak)
l)         Artikulasi oral (penutupan arus udara ke rongga hidung)
m)     Artikulasi radiko faringal (akar lidah dan dinding kerongkongan)

     Cara artikulasi atau cara bagaimana bunyi bahasa itu dihasilkan, yakni :
a) Arus ujar itu dihambat pada titik tertentu, lalu dengan tiba-tiba diletupkan sehingga terjadilah bunyi yang disebut bunyi hambat, bunyi letup atau bunyi plosif.
b) Arus ujar itu dihambat pada titik tertentu, lalu arus ujar itu dikeluarkan melalui rongga hidung, sehingga terjadilah bunyi nasal.
c) Arus ujar itu dihambat pada tempat tertentu, kemudian diletupkan sambil digeser atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi paduan atau bunyi afrikat.
d) Arus ujar itu dihambat pada tempat tertentu, kemudian digeserkan atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi geseran, bunyi desis atau bunyi frikatif.
e) Arus ujar itu dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah, maka terjadilah bunyi sampingan atau bunyi lateral.
f) Arus ujar itu dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah lalu digetarkan sehingga terjadilah bunyi getar atau tril.
g) Arus ujar itu pada awal prosesnya diganggu oleh posisi lidah tetapi kemudian diganggu pada titik artikulasi tertentu sehingga terjadilah bunyi semi vokal yang dikenal juga dengan nama bunyi hampiran.
     Dalam membuat klasifikasi bunyi dan klasifikasi fonem digunakan tiga patokan atau kriteria, yaitu titik artikulasi, tempat artikulasi, dan bergetar tidaknya pita suara.

5 komentar:

  1. Nama : Riska Febrianty
    Nim : A1B115045
    Kelompok : 6

    Dalam proses memproduksi bunyi bahasa terdapat "komponen subglotal" yang terdiri dari paru-paru (kiri kanan), saluran bronkial, dan saluran pernafasan (trakea). Apabila dari salah satu komponen tersebut mengalami permasalahan misalnya paru-parunya mengalami masalah penyakit tertentu apa yang akan terjadi? Jelaskan!

    BalasHapus
  2. Nama: Rahmatiah
    NIM: A1B115043
    Kelompok: 5

    Apakah kondisi kejiwaan, keturunan dan tempat tinggal mempengaruhi proses pembunyian? Terima kasih.

    BalasHapus
  3. Nama : Fathur Rahman
    Nim : A1B115028
    Kelompok : 1

    Apa itu arus ujar? dan apakah arus ujar itu memiliki keterkaitan dengan ketiga komponen tersebut diatas (subglotal,laring,supraglotal) ? jelaskan !
    Terima Kasih

    BalasHapus
  4. Nama : M.Muddakir
    Nim : A1B115010

    "Apakah dalam proses pembunyian bisa terdapat masalah atau gejala seperti masalah atau gejala dalam pelafalan yang bisa mengakibatkan perbedaan arti ? Mohon dijelaskan dan jika ada tolong berikan contohnya . terima kasih

    BalasHapus
  5. materinya singkat, padat, dan jelas
    sangat informatif!
    mantap (y)

    BalasHapus